Tuesday, November 12, 2013

Deaf Volunteering Organization (DVO) Bersama Karya Pelangi


Melihat dunia, melihat indahnya ciptaan Sang Pencipta. Merasakan nikmat segarnya udara yang bebas kita hirup. Mendengar gemiricik sungai dan derunya ombak lautan semakin menambah sempurna kehidupan kita di dunia. Merasakan dengan seluruh indera yang kita miliki belum mampu membuat diri ini bersyukur akan nikmatnya hidup di dunia. Masih merasa tidak sempurna hidupmu?

Mari tengok sahabat kita yang belum tentu mampu merasakan semua itu, tapi semangatnya bahkan ribuan kali lebih besar dari kita. Apakah mereka merasa tak sempurna? Tidak, justru mereka merasakan kesempurnaan karena rasa syukur mereka kepada Tuhan. Melihat semangat kawan-kawan yang selalu bersemangat dalam meraih asa, Karya Pelangi menjadi wadah yang tepat untuk menampung seluruh kisah inspiratif mereka.

Love, Dream, and Disability. Tema yang diangkat oleh Karya Pelangi. Deaf Volunteering Organization (DVO) melihat Karya Pelangi kelak dapat menjadi inspirator serta motivator bagi para pembaca. Karena Karya Pelangi memiliki visi yang sama dengan DVO, sehingga DVO sangat senang dapat mendukung acara ini. Sesuai nama kami, Deaf Volunteering Organization, kami bergerak dalam dunia disabilitas, khususnya tuli. Namun kami adalah volunteer, yaitu orang-orang berpendengaran normal yang berjuang bersama dengan organisasi tuli dalam memperjuangkan hak-hak tuli di Indonesia.

Perjuangan kawan-kawan tuli di Indonesia masih terus dilakukan. Memang sepertinya tuli tidak butuh banyak bantuan layaknya kawan kita yang berkursi roda, maupun tunanetra. Para pemakai kursi roda dapat aksessibilitas yang cukup baik dengan memodifikasi tangga menjadi sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan menggunakan kursi roda tersebut. Namun bagaimana dengan tuli? Mereka tidak mengalami hambatan fisik maupun intelektual. Apa yang sebenarnya mereka butuhkan?

Tuli membutuhkan akses informasi. Bisa kita lihat, cara berkomunikasi mereka adalah  menggunakan bahasa isyarat. Bahasa isyarat adalah hak tuli, tapi tanpa disadari bahwa selama ini kita telah merampas hak mereka. Di sekolah-sekolah mereka dipaksa menggunakan oral dan dilarang memakai bahasa isyarat. Banyak anggapan “miring” bahwa bahasa isyarat akan membuat tuli menjadi bodoh. Sangat ironis memang, yang seharusnya dalam dunia pendidikan tuli akan mendapatkan banyak informasi, tapi tak semua informasi itu terserap karena disampaikan dengan oral.

Dunia pendidikan tak mampu memberikan informasi yang utuh kepada tuli, maka tuli mencari sumber informasi lain, menonton TV salah satu alternatifnya. Seperti yang kita tahu, TV adalah sumber informasi yang cepat dan selalu up to date. Banyak peristiwa yang baru saja terjadi di belahan dunia lain dan dapat ditayangkan di TV dalam waktu yang hampir bersamaan. Televisi sangat menarik bagi kita, karena merupakan media audio-visual. Tapi sekali lagi, tuli tidak mendapatkan haknya akan informasi. Di TV tidak ada penerjemah bahasa isyarat yang dapat menerangkan apa yang ditayangkan kepada kawan-kawan tuli. Sehingga mereka hanya bisa “menonton” TV tanpa mengetahui apa yang diberitakan.

Biasanya anak-anak tuli menonton TV bersama keluarga di rumah, saat menonton acara komedi yang mana seluruh keluarga tertawa tapi anak tuli tidak tahu apa yang lucu dari acara tersebut karena tak mendengar yang dikatakan oleh komedian. Kadang saat kita menunggu panggilan nomer antrean di kantor pemerintahan, yang mana tidak ada informasi visual yang menunjukkan nomer berapa antrean saat itu. Hal ini sangat menyulitkan teman-teman tuli. itu adalah beberapa contoh yang dialami oleh tuli, yaitu keterbatasan akses informasi.

Peran DVO adalah memberikan contoh nyata kepada masyarakat bahwa antara orang dengar dengan tuli bisa berjalan beriringan. Kami memang volunteer, tapi bagi DVO, teman-teman tuli adalah partner, teman, serta sebagai sahabat. Hubungan volunteer dengan tuli begitu dekat dan hangat, karena saat dimana tuli tidak mendapatkan hak-haknyanya, itu adalah luka bagi kami juga.  Kami melakukan banyak kegiatan bersama dengan Gerkatin Solo, antara lain workshop bahasa isyarat, sosialisasi bahasa isyarat, advokasi pemerintah, pembelajaran manajemen organisasi, serta banyak acara-acara yang dilakukan bersama.

Saat ada teman tuli yang mengikuti seminar, dari DVO menjadi interpreter atau penerjemah bahasa isyarat untuk mengisyaratkan apa yang narasumber bicarakan. Karena apabila tidak ada penerjemah dalam acara tersebut, tuli tidak mendapatkan informasi yang utuh dari acara tersebut. Selama tiga tahun ini, DVO bersama Gerkatin Solo terus-menerus mengikuti berbagai acara di luar komunitas tuli. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengerti bahwa penerjemah sangat dibutuhkan apabila ada teman-teman tuli yang menghadiri acara tersebut. Kami bersyukur saat ini sudah banyak komunitas di Solo yang semakin paham dengan hak-hak tuli, yaitu penggunaan bahasa isyarat, penerjemah, serta hal-hal yang sifatnya visual. DVO dan Gerkatin Solo berharap, seluruh masyarakat Indonesia bisa memahami hak-hak tuli sebagaimana yang masyarakat Solo tunjukkan kepada tuli. Masyarakat yang menghormati budaya tuli merupakan masyarakat yang inklusif.

Dengan adanya Karya Pelangi ini, harapan kami masyarakat akan lebih menyadari peran serta difabel di masyarakat, karena mereka juga adalah anggota masyarakat. Sudah bukan saatnya kelompok disabilitas ini menjadi kelompok yang termarginalkan. Cerita-cerita dalam Karya Pelangi ini akan menjadi kumpulan cerita inspiratif yang akan menginspirasi orang tua yang memiliki anak dsabilitas, pendidik, masyarakat umum, serta kawan-kawan disabilitas itu sendiri. Mungkin kawan-kawan disabilitas ada yang semangatnya sedang jatuh, harapan kami setelah membaca Karya Pelangi ini dapat membuat mereka menjadi ribuan kali lebih semangat dari hari kemarin.

Kami yakin Karya Pelangi ini akan menjadi sebuah “pelangi” yang sangat indah dan akan muncul banyak “pelangi-pelangi” lain di seluruh pelosok negeri. Mungkin di ujung negeri  banyak sosok pelangi tak berani muncul karena belum ada “hujan” yang turun, harapannya Karya Pelangi ini dapat menjadi “hujan” bagi mereka, sehingga sinar pelangi mereka dapat menerangi sosok-sosok “calon pelangi” yang lain. Bagi para pejuang volunteer dan siapa saja yang ingin menyumbangkan cerita “pelangi”-nya, mari tuliskan ceritamu ke sini. Bagikan kisah inspiratif anda, satu cerita dapat memunculkan satu pelangi. Mari berbagi di sini dan buat semua orang tahu bahwa disabilitas dapat menembus batas.

Deaf Volunteering Organization (DVO) selalu berjuang bersama tuli untuk memunculkan pelangi-pelangi yang masih tersembunyi. Mari bersama-sama mencari sang pelangi! Salam inklusif.

No comments:

Post a Comment