Melihat
dunia, melihat indahnya ciptaan Sang Pencipta. Merasakan nikmat segarnya udara
yang bebas kita hirup. Mendengar gemiricik sungai dan derunya ombak lautan
semakin menambah sempurna kehidupan kita di dunia. Merasakan dengan seluruh
indera yang kita miliki belum mampu membuat diri ini bersyukur akan nikmatnya
hidup di dunia. Masih merasa tidak sempurna hidupmu?
Mari
tengok sahabat kita yang belum tentu mampu merasakan semua itu, tapi
semangatnya bahkan ribuan kali lebih besar dari kita. Apakah mereka merasa tak
sempurna? Tidak, justru mereka merasakan kesempurnaan karena rasa syukur mereka
kepada Tuhan. Melihat semangat kawan-kawan yang selalu bersemangat dalam meraih
asa, Karya Pelangi menjadi wadah yang tepat untuk menampung seluruh kisah
inspiratif mereka.
Love,
Dream, and Disability. Tema yang diangkat oleh Karya Pelangi. Deaf Volunteering
Organization (DVO) melihat Karya Pelangi kelak dapat menjadi inspirator serta
motivator bagi para pembaca. Karena Karya Pelangi memiliki visi yang sama
dengan DVO, sehingga DVO sangat senang dapat mendukung acara ini. Sesuai nama
kami, Deaf Volunteering Organization, kami bergerak dalam dunia disabilitas,
khususnya tuli. Namun kami adalah volunteer, yaitu orang-orang berpendengaran
normal yang berjuang bersama dengan organisasi tuli dalam memperjuangkan
hak-hak tuli di Indonesia.
Perjuangan
kawan-kawan tuli di Indonesia masih terus dilakukan. Memang sepertinya tuli
tidak butuh banyak bantuan layaknya kawan kita yang berkursi roda, maupun
tunanetra. Para pemakai kursi roda dapat aksessibilitas yang cukup baik dengan
memodifikasi tangga menjadi sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan
menggunakan kursi roda tersebut. Namun bagaimana dengan tuli? Mereka tidak
mengalami hambatan fisik maupun intelektual. Apa yang sebenarnya mereka
butuhkan?
Tuli
membutuhkan akses informasi. Bisa kita lihat, cara berkomunikasi mereka
adalah menggunakan bahasa isyarat.
Bahasa isyarat adalah hak tuli, tapi tanpa disadari bahwa selama ini kita telah
merampas hak mereka. Di sekolah-sekolah mereka dipaksa menggunakan oral dan
dilarang memakai bahasa isyarat. Banyak anggapan “miring” bahwa bahasa isyarat
akan membuat tuli menjadi bodoh. Sangat ironis memang, yang seharusnya dalam
dunia pendidikan tuli akan mendapatkan banyak informasi, tapi tak semua
informasi itu terserap karena disampaikan dengan oral.
Dunia
pendidikan tak mampu memberikan informasi yang utuh kepada tuli, maka tuli
mencari sumber informasi lain, menonton TV salah satu alternatifnya. Seperti
yang kita tahu, TV adalah sumber informasi yang cepat dan selalu up to date. Banyak peristiwa yang baru
saja terjadi di belahan dunia lain dan dapat ditayangkan di TV dalam waktu yang
hampir bersamaan. Televisi sangat menarik bagi kita, karena merupakan media
audio-visual. Tapi sekali lagi, tuli tidak mendapatkan haknya akan informasi.
Di TV tidak ada penerjemah bahasa isyarat yang dapat menerangkan apa yang
ditayangkan kepada kawan-kawan tuli. Sehingga mereka hanya bisa “menonton” TV
tanpa mengetahui apa yang diberitakan.
Biasanya
anak-anak tuli menonton TV bersama keluarga di rumah, saat menonton acara
komedi yang mana seluruh keluarga tertawa tapi anak tuli tidak tahu apa yang
lucu dari acara tersebut karena tak mendengar yang dikatakan oleh komedian. Kadang
saat kita menunggu panggilan nomer antrean di kantor pemerintahan, yang mana
tidak ada informasi visual yang menunjukkan nomer berapa antrean saat itu. Hal
ini sangat menyulitkan teman-teman tuli. itu adalah beberapa contoh yang dialami
oleh tuli, yaitu keterbatasan akses informasi.
Peran
DVO adalah memberikan contoh nyata kepada masyarakat bahwa antara orang dengar
dengan tuli bisa berjalan beriringan. Kami memang volunteer, tapi bagi DVO,
teman-teman tuli adalah partner, teman, serta sebagai sahabat. Hubungan
volunteer dengan tuli begitu dekat dan hangat, karena saat dimana tuli tidak
mendapatkan hak-haknyanya, itu adalah luka bagi kami juga. Kami melakukan banyak kegiatan bersama dengan
Gerkatin Solo, antara lain workshop bahasa isyarat, sosialisasi bahasa isyarat,
advokasi pemerintah, pembelajaran manajemen organisasi, serta banyak
acara-acara yang dilakukan bersama.
Saat
ada teman tuli yang mengikuti seminar, dari DVO menjadi interpreter atau penerjemah bahasa isyarat untuk mengisyaratkan apa
yang narasumber bicarakan. Karena apabila tidak ada penerjemah dalam acara
tersebut, tuli tidak mendapatkan informasi yang utuh dari acara tersebut.
Selama tiga tahun ini, DVO bersama Gerkatin Solo terus-menerus mengikuti
berbagai acara di luar komunitas tuli. Hal ini bertujuan agar masyarakat
mengerti bahwa penerjemah sangat dibutuhkan apabila ada teman-teman tuli yang
menghadiri acara tersebut. Kami bersyukur saat ini sudah banyak komunitas di
Solo yang semakin paham dengan hak-hak tuli, yaitu penggunaan bahasa isyarat,
penerjemah, serta hal-hal yang sifatnya visual. DVO dan Gerkatin Solo berharap,
seluruh masyarakat Indonesia bisa memahami hak-hak tuli sebagaimana yang
masyarakat Solo tunjukkan kepada tuli. Masyarakat yang menghormati budaya tuli
merupakan masyarakat yang inklusif.
Dengan
adanya Karya Pelangi ini, harapan kami masyarakat akan lebih menyadari peran
serta difabel di masyarakat, karena mereka juga adalah anggota masyarakat.
Sudah bukan saatnya kelompok disabilitas ini menjadi kelompok yang
termarginalkan. Cerita-cerita dalam Karya Pelangi ini akan menjadi kumpulan
cerita inspiratif yang akan menginspirasi orang tua yang memiliki anak
dsabilitas, pendidik, masyarakat umum, serta kawan-kawan disabilitas itu
sendiri. Mungkin kawan-kawan disabilitas ada yang semangatnya sedang jatuh,
harapan kami setelah membaca Karya Pelangi ini dapat membuat mereka menjadi
ribuan kali lebih semangat dari hari kemarin.
Kami
yakin Karya Pelangi ini akan menjadi sebuah “pelangi” yang sangat indah dan
akan muncul banyak “pelangi-pelangi” lain di seluruh pelosok negeri. Mungkin di
ujung negeri banyak sosok pelangi tak
berani muncul karena belum ada “hujan” yang turun, harapannya Karya Pelangi ini
dapat menjadi “hujan” bagi mereka, sehingga sinar pelangi mereka dapat
menerangi sosok-sosok “calon pelangi” yang lain. Bagi para pejuang volunteer
dan siapa saja yang ingin menyumbangkan cerita “pelangi”-nya, mari tuliskan
ceritamu ke sini. Bagikan kisah inspiratif anda, satu cerita dapat memunculkan
satu pelangi. Mari berbagi di sini dan buat semua orang tahu bahwa disabilitas
dapat menembus batas.
Deaf
Volunteering Organization (DVO) selalu berjuang bersama tuli untuk memunculkan
pelangi-pelangi yang masih tersembunyi. Mari bersama-sama mencari sang pelangi!
Salam inklusif.
No comments:
Post a Comment